Kamis, 13 November 2014

Sejarah Kesenian Wayang Kulit



Sejarah Kesenian Wayang Kulit
Wayang Kulit


Kesenian Wayang Kulit merupakan budaya Indonesia yang berasal dari Jawa dana berhasil terkenal hingga di tanah manca negara. Wayang merupakan Seni Budaya yang menonjol di bangsa Indonesia jika dibandingankan dengan seni budaya lainnya. Dalam seni budaya wayang mencakup seni musik, seni suara, seni peran, seni tutur,seni lukis, seni sastra, hingga seni perlambangan. Kesenian watang sebagai budaya Indonesia semakin berkembang lebih pesat dari tahun – tahun ke tahun. Penduduk Indonesia diharuskan mengenal seni wayang serta nama – nama tokoh dalam wayang. Kesenian wayang dpat dijadikan sebagai media penerangan, pendidikan, dakwah, pemahaman filsafat Jawa, dan terutama sebagai hiburan. Jika ditanah Jawa wayang kulit termasuk salah satu pertunjukkan seni sebagai adat di suatu daerah tertentu.


Sunan Kalijaga menggunakan kesenian wayang sebagai salah satu media berdakwah. Asal mula kata wayang adalah "Mahyang", merujuk kepada ruh spiritual tuhan atau dewa. Tapi dalam bahasa Jawa, wayang bermakna bayangan.


Keberadaan prasasti man-tyasi pada abad 10 Masehi atau zaman Raja Dyah Balitung Kerajaan Mataram Kuno, menunjukkan bahwa masyarakat Jawa sejak berabad-abad telah mencintai kesenian wayang. Kegemaran menonton pertunjukkan wayang itulah yang membuat Sunan Kalijaga tergerak menjadikannya sebagai alat penyebar kebaikan. Dalam setiap pertunjukannya selalu disisipkan ajaran-ajaran Islam.


Pagelaran wayang kulit dimainkan oleh seorang yang kiranya bisa disebut penghibur publik terhebat di dunia. Bagaimana tidak, selama semalam suntuk, sang dalang memainkan seluruh karakter aktor wayang kulit yang merupakan orang-orangan berbahan kulit kerbau dengan dihias motif hasil kerajinan tatah sungging (ukir kulit). Ia harus mengubah karakter suara, berganti intonasi, mengeluarkan guyonan dan bahkan menyanyi. Untuk menghidupkan suasana, dalang dibantu oleh musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang menyanyikan lagu-lagu Jawa.

Tokoh-tokoh dalam wayang keseluruhannya berjumlah ratusan. Orang-orangan yang sedang tak dimainkan diletakkan dalam batang pisang yang ada di dekat sang dalang. Saat dimainkan, orang-orangan akan tampak sebagai bayangan di layar putih yang ada di depan sang dalang. Bayangan itu bisa tercipta karena setiap pertunjukan wayang memakai lampu minyak sebagai pencahayaan yang membantu pemantulan orang-orangan yang sedang dimainkan.

Setiap pagelaran wayang menghadirkan kisah atau lakon yang berbeda. Ragam lakon terbagi menjadi 4 Kategori yaitu lakon pakem, lakon carangan, lakon gubahan dan lakon karangan. Lakon pakem memiliki cerita yang seluruhnya bersumber pada perpustakaan wayang sedangkan pada lakon carangan hanya garis besarnya saja yang bersumber pada perpustakaan wayang. Lakon gubahan tidak bersumber pada cerita pewayangan tetapi memakai tempat-tempat yang sesuai pada perpustakaan wayang, sedangkan lakon karangan sepenuhnya bersifat lepas.

Kesenian Wayang Kulit sebagai suatu pagelaran seni budaya yang menjadi hiburan sejak jaman kerajaan Raja Airlangga. Pada masa itu terdapat prasasti dengan berisi tulisan mawayang dan aringgit yang berarti pertunjukkan wayang. Kata wayang berasal dari wewayangan yang artinya bayangan. Jadi dalam sebuah pertunjukkan wayang kulit selalu menggunakan secarik kain berwarna putih sebagai pembatas dan ketika wayang tersebut dimainkan terdapat bayangan yang tampak jelas pada kain pembatas tersebut. Dengan demikian penononton menyaksikan bayangan dari wayang yang ada pada kain terseut itulah sebabnya kata wayang berarti bayangan. Menariknya kesenian wayang selalu diiringi dengan musik gamelan tradisonal khas budaya Jawa. Kesenian wayang lebih terlihat unsur Jawa karena cerita – cerita pada pertunjukkan wayang menyangkut tentang leluhur Kerajaan Majapahit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar