Rabu, 03 Desember 2014

PERADABAN DI LEMBAH SUNGAI NIL

Sungai Nil
Sungai Nil terbentang dari Pegunungan Kilimanjaro (Sudan) hingga Laut Tengah dengan panjang kira-kira 5000 km. Sungai ini merupakan hadiah bagi bangsa Mesir karena daerah di sekilingnya adalah gurun pasir yang luas, apabila terjadi hujan akan terjadi bah yang membawa lumpur-lumpur mineral. Dari lumpur inilah tanah sangat cocok untuk dijadikan lahan bercocok tanam. 

Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia yaitu mencapai 6400 kilometer. Sungai Nil bersumber dari mata air di dataran tinggi (pegunungan) Kilimanjaro di Afrika Timur. Sungai Nil mengalir dari arah selatan ke utara bermuara ke Laut Tengah. Ada empat negara yang dilewati sungai Nil yaitu Uganda, Sudan, Ethiopia dan Mesir.

Setiap tahun sungai Nil selalu banjir . Luapan banjir itu menggenangi daerah di kiri kanan sungai, sehingga menjadi lembah yang subur selebar antara 15 sampai 50 kilometer. Di sekeliling lembah sungai adalah gurun. Batas timur adalah gurun Arabia di tepi Laut Merah. Batas selatan terdapat gurun Nubia di Sudan, batas barat adalah gurun Libya. Kemudian batas utara Mesir adalah Laut Tengah.

Menurut mitos, air sungai yang mengalir terus tersebut adalah air mata Dewi Isis yang selalu sibuk menangis dan menyusuri sungai Nil untuk mencari jenazah puteranya yang gugur dalam pertempuran. Namun secara ilmiah, air tersebut berasal dari gletsyer yang mencair dari pegununganKilimanjaro sebagai hulu sungai Nil.

    "Mesir adalah hadiah Sungai Nil" ungkapan ini berasal dari sejarawan Yunani, yaitu Herodotus yang pernah mengunjungi Mesir kira-kira 350 SM. Dari ungkapan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Mesir merupakan daerah yang tandus. Seperti daerah-daerah Timur Tengah lainya, apabila tidak ada Sungai Nil. antara bulan Juli dan November, air Sungai Nil selalu meluap dengan permukaan yang tinggi, hingga dapat mengairi tanah-tanah sekitarnya sejauh 50 KM. Jika air sungai Nil surut ia akan meninggalkan tanah lumpur yang sangat subur untuk di tanami. Karena kesuburanya, Mesir di kenal dengan sebutan Gudang Gandum dari Timur Tengah. Bangunan rumah-rumah penduduk di tepi Sungai Nil pada mulanya terbuat dari lempengan- lempengan lumpur. Tentu saja bangunan seperti ini mudah rusak atau hancur. Dalam perkembangan nya bangunan-bangunan di Mesir di buat dengan bahan-bahan yang lebih baik mutu nya sehingga dapat bertahan lebih lama. Bangunan-bangunan yang seni bangunanya yang di nilai sangat tinggi saat itu yaitu Piramida dan kuil.

Sejak pemerintahan Firaun, mulai terbentuklah Kerajaan Mesir Raya yang terbagi atas tiga zaman yaitu: 

  • Kerajaan Mesir Tertua (3400-2160 SM) Raja Kerajaan Mesir tertua adalah Pharouk Menes yang mempersatukan wilayah Utara dan Selatan. Itulah sebabnya Ia di kenal dengan sebutan Nest Binti, yaitu raja  mesir Negeri Hulu dan Mesir Hilir yang memakai mahkota kembar. Raja-raja yang terkenal pada zaman Kerajaan Mesir Tertua adalah Chufu (Cheob), Chefren, dan Menkaure. Pada masa pemerintahan ketiga raja itu, kebudayaan Mesir sudah sangat tinggi. Hal ini dapat di buktikan dengan adanya bangunan-bangunan monumental, seperti Piramid, Spinx, Obelisk, dan Kuil. Raja dari Kerajaan Mesir Tua  terakhir adalah Raja Pepi II yang memerintah sekitar tahun 2500 SM . Setelah Ia meninggal , kerajaan nya terpecah belah menjadi daerah-daerah kecil yang di perintah oleh kaum bangsawan. 
  • Kerajaan Mesir pertengahan (2160-1788 SM) Kerajaan Mesir yang telah terpecah-pecah membutuhkan seseorang yang kuat untuk mempersatukannya kembali. Kira-kira pada tahun 2160 SM, Sesoastris III dapat mempersatukan Mesir. Kemudian ia dapat memperluas daerah kekuasaan nya sampai kedaerah Namibia. Di daerah ini ia membangun 12 benteng pertahanan, selanjutnya menyerbu Palestina dan berhasil menduduki Sichem. Pada masa pemerintahannya, perdagangan maju pesat, rakyat hidup sejahtera dan memiliki kebudayaan yang sangat tinggi. Pada zaman ini Raja-Raja Mesir yang meninggal dunia tidak lagi di makam kan dalam piramida melainkan disimpan dalam gua-gua karang. raja yang terkenal dari kerajaan mesir pertengahan adalah Amenhoteb III. Usaha yang pernah di lakukan nya adalah mengeringkan daerah Fayun yang berawa-rawa dan di jadikan sebagai daerah pertanian yang sangat subur. Setelah Amenhotep III meninggal, kerajaan Mesir kembali terpecah belah dan kemudian direbut oleh Bangsa Hyksos menguasai Mesir sekitar tahun 1788-1500 SM. Dari bangsa Hyksos inilah bangsa Mesir mempelajari siasat perang dengan memakai baju zirah dan senjata api.
  • Kerajaan Mesir Baru (1500-1100 SM) Pada tahun 1500 SM bangsa Hyksos berhasil di usir oleh bangsa mesir di bawah pimpinan Raja-Raja Thebe. Mesir yang telah mengalami kehancuran dibangun kembali. Kota Thebe di perindah, karena kota tersebut dianggap sebagai kota kediaaman Dewi Amon. Sejak zaman Mesir baru, Dewi Amon disamakan dengan Dewa Ra (Dwi Murti) Amon Ra. Raja-raja Thebe yang dianggap sebagai pembebas bangsa Mesir dari penguasa bangsa Hyksos adalah Ahmosis I dan Thutmosis I. Raja terbesar dari zaman ini adalah Thutmosis III yang mengawini adik kandung nya sendiri yaitu Putri Hatsepsut. Thutmosis III kemudian digantikan oleh putra nya yang bernama Thutmosis IV. Zaman setalah Thutmosis IV di kenal dengan nama Zaman Amarna. Raja yang memerintah adalah amenhoteb IV yang memindah kan Ibukota nya dari Thebe ke Amarna. Zaman Amarna di temukan 360 buah piagam dari tanah liat. pada zaman amarna timbul kepercayaan baru yang bersifat keesaan, karena dari Amon Ra beralih kepercayaan Dewa Aton. Dinasti terakhir yang memerintah adalah mesir adalah Ptolomeus. Dinasti ini merupakan dinasti ke-32 (332-30 SM) dengan Raja terakhir adalah Ratu Cleopatra.


1 komentar: